Jumat, 18 Juni 2021

Pemeriksaan Batu Empedu

    Di Indonesia, penyakit batu empedu masih kurang mendapat perhatian dibandingkan penyakit saluran cerna lainnya seperti hepatitis virus kronik, sirosis hati, atau karsinoma hepatoseluler. Padahal, biaya pengobatan penyakit ini merupakan yang termahal dibandingkan dengan penyakit saluran cerna lainnya.

   Berdasarkan komposisi pembentuknya, batu saluran empedu dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu : 
1. Batu kolesterol, komponen utamanya adalah kolesterol 72 % lebih.
2. Batu pigmen cokelat, komponen utamanya calsium bilirubinate.
3. Batu pigmen hitam, komponen utamanya residu hitam tak tereksitasi.

   Batu empedu pada masyarakat barat kebanyakan merupakan batu kolesterol. Namun di Indonesia, berdasarkan sebuah penelitian sebagian besar kasus batu empedu adalah batu pigmen ( 73 % ) & batu kolesterol ( 27 % ). Inilah kadang² dokter salah mendiagnosa sebagai penyakit kuning. Penyakit kuning akibat sumbatan pada empedu.

> Pemeriksaan : Kimiawi

> Metode : Kualitatif

> Prinsip : 
1). Cholesterol
   Cholesterol dengan chloroform & asam asetat anhidrid & asam sulfat pekat & dibiarkan ditempat gelap maka akan terjadi flouresensi hijau.

2). Calsium
   Calsium dengan sedikit HCl 0,2 N & sedikit larutan Na Acetate jenuh sampai pH menjadi 4 & beberapa tetes larutan kalium oxalate akan terbentuk endapan putih.

3). Fosfat
   Fosfat dengan ammonium molibdat & suasana panas akan terjadi endapan kuning.

4). Bilirubin
   Bilirubin dengan methanol & Reagen diazo akan terbentuk warna ungu menandakan adanya bilirubin.

> Alat dan Bahan :

• Alat : mortir & lumpang, gergaji halus, tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes.

• Bahan : sampel batu empedu & reagen yang terdiri dari ; chloroform, asam asetat anhidrid, asam sulfat pekat, HCl 0.2 N, Na acetat jenuh, Kalium oksalat, ammonium molibdat, methanol, reagen diazo.

> Cara Kerja : 
1). Cholesterol
• Pada tabung masukkan sedikit gerusan batu empedu & beberapa ml chloroform & ditambahkan 1 ml asam asetat anhidrid & 2 tetes asam sulfat pekat & tabung tersebut dibiarkan ditempat gelap.
• Amati terjadinya warna hijau menandakan adanya cholesterol.

2). Calsium 
• Pada tabung masukkan sedikit gerusan batu empedu & HCl 0,2 N.
• Tambahkan sedikit demi sedikit larutan Na acetat jenuh sampai pH menjadi 4 ( control dengan kertas pH universal ).
• Tambahkan beberapa tetes larutan kalium oksalat.
• Biarkan 10 menit.
• Amati terbentuknya endapan putih menandakan adanya calsium.

3). Fosfat
• Pada tabung masukkan sedikit gerusan batu empedu.
• Tambahkan 4 - 5 tetes larutan ammonium molibdat.
• Panaskan diatas nyala api.
• Amati adanya endapan kuning.

4). Bilirubin
• Pada tabung masukkan sedikit gerusan batu empedu.
• Tambahkan sedikit methanol.
• Tambahkan reagen diazo segar.
• Amati terbentuknya warna ungu menandakan adanya bilirubin.



Rabu, 16 Juni 2021

Pemeriksaan Cairan Lambung

 Dasar Teori 

Intubasi

   Adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung / mulut ke dalam lambung / usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah & mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini.

Intubasi Nasogastrik

   Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah / untuk menganalisa keasaman, enzim & karakteristik lainnya.

   Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini di analisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

   Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu, antara lain :
1. Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin.
2. Untuk memompa / menetralkan racun diberikan karbon aktif.
3. Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

   Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan menghisap gas & cairan dari lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat / tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan Asam Lambung

   Enzim urease penghidrolisis urea menjadi amonia & CO2. Lambung mengandung sekitar setengah galon asam lambung, terdiri dari enzim pencernaan & HCl pekat ber pH 1,7 - 2,0 yang dengan mudah melumatkan makanan sekeras apapun, termasuk bakteri & virus.

> Tujuan :
1. Mengetahui motilitas lambung.
2. Mengetahui kemampuan sekresi lambung terhadap asam & enzim.
3. Mencari adanya unsur abnormal seperti darah, pus, jamur, & bakteri.
4. Mencari adanya racun.

   Salah satu fungsi asam lambung antara lain untuk membantu kerja enzim. Tujuan utama dari pemeriksaan cairan lambung adalah untuk menentukan kemampuan lambung dalam mensekresi asam, sehingga dapat diketahui jumlah asam yang dikeluarkan terlalu banyak / terlalu sedikit dibandingkan dengan kondisi normal.

   Banyaknya asam lambung & asam bebas yang terdapat pada cairan lambung, dapat diketahui dengan titrasi asam basa :
• Volume isi lambung dalam keadaan puasa berkisar antara 25 - 75 ml.
• Asam basa normal adalah 20 - 50 satuan.
• Total asam adalah 50 - 75 satuan.

Pemeriksaan Asam Bebas dan Total Asam Lambung

• Metode : Titrimetri

• Prinsip : Asam basa yang ada di titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna indikator thimol biru dari merah menjadi kuning. Asam yang terikat di titrasi lagi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna indikator thimol biru dari kuning menjadi biru. Total asam adalah jumlah dari asam bebas & asam terikat.

• Pereaksi : HCL + NaOH -> NaCl + H2O

• Alat dan Bahan : 
• Alat : erlenmeyer, buret, pipet tetes, pipet seukuran 10 ml.

• Bahan : sampel cairan lambung, larutan NaOH 0,1 N, indikator thimol biru.

• Cara Kerja : 
1. 10 ml cairan lambung dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 2 - 3 tetes indikator thimol biru & campurkan.
3. Titrasi campuran yang ada dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna indikator thimol biru dari merah menjadi kuning.
4. Catat volumenya.
5. Lanjutkan titrasi dari campuran tadi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna indikator berubah dari kuning menjadi biru. 
6. Catat lagi volumenya.
7. Untuk menentukan asam total dapat dihitung dengan cara menjumlahkan asam bebas & asam terikat. Dihitung dalam 100 ml cairan lambung.







Pemeriksaan Kimia Feses

 1). Pemeriksaan Darah Samar 

• Metode : Benzidine

• Prinsip : Haemoglobin sebagai peroksidase akan menguraikan H2O2 menjadi H2O dan On. On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidine membentuk warna biru kehijauan.

• Alat dan Bahan :
• Alat : tabung reaksi, matpipet, corong, batang pengaduk, spirtus.
• Bahan : feses segar, aquabidest / NaCl fisiologis, serbuk benzidine, asam asetat glasial, H2O2.

• Cara Kerja :
1. Buat emulsi feses dengan air / larutan garam kira² 10 ml & panasi hingga mendidih.
2. Saring emulsi yang masih panas & biarkan filtrat menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
4. Kemudian tambahkan 3 ml asam asetat glasial, homogenkan.
5. Bubuhi 2 ml emulsi feses & aduk.
6. Berilah 1 ml H2O2 & aduk.
7. Amati perubahan warna yang terjadi.

• Interpretasi Hasil : 
(-) tidak terjadi perubahan warna
(+) hijau
(++) biru bercampur hijau
(+++) biru
(++++) biru tua

2). Pemeriksaan Stercobillin

• Metode : Schmidt

• Prinsip : Stercobillin dengan HgCl2 bila dibiarkan akan terbentuk warna merah.

• Alat dan Bahan :
• Alat : mortir & lumpang, batang pengaduk, cawan petri.

• Bahan : feses segar, HgCl2 jenuh.

• Cara Kerja :
1. Beberapa gram feses ditambah dengan HgCl2 jenuh & campur.
2. Diamkan 1 malam.
3. Panaskan.
4. Amati ada tidaknya stercobillin.

• Interpretasi Hasil : 
(-) tidak ada perubahan warna
(+) terbentuk warna merah

Selasa, 15 Juni 2021

Profil Lipid ( Lemak )

 Yang termasuk ke dalam pemeriksaan profil lipid, yaitu : 

1. Kolesterol Total 
   Kolesterol merupakan senyawa kelompok sterol turunan dari lemak. Kolesterol terdapat di semua jaringan hewan seperti daging, otak, hati, usus, kuning telur. Sintesis kolesterol terjadi pada sel hewan yang berinti seperti hati, usus, kulit, adrenal, testis, & jaringan syaraf.

   Kolesterol disintesis dari asetil COA melalui sintesis mevalonamat.

   Fungsi Kolesterol diantaranya : 
1. Salah satu komponen membran sel.
2. Membentuk garam empedu.
3. Bahan baku pembuatan hormon steroit ( wanita : progesteron & estrogen, laki - laki : testosteron ).

   Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol diantaranya : 
1. Makanan ( 30 % ).
2. Kekurangan hormon tiroid.
3. Penderita diabetes melitus.

* PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL
Cara Kerja : 
1. Siapkan alat & bahan.
2. Masukkan serum ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ul.
3. Kemudian tambahkan Reagen sebanyak 1000 ul.
4. Homogenkan.
5. Inkubasi selama 10 menit pada suhu 37° C.
6. Baca pada panjang gelombang 546 nm.

Nilai Normal : 
< 200 mg/dl.

2. Trigliserida ( Lemak Netral )
• Sering disebut sebagai lemak netral.
• Merupakan triester dari gliserol ( triasil gliserol ).
• Terdapat hampir diseluruh bagian tubuh terutama dijaringan adipose ( lemak ).
• Kadarnya dipengaruhi usia, obesitas & jenis kelamin.

* PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA 
Cara Kerja : 


Nilai Normal : 
60 - 150 mg/dl.

3. HDL Kolesterol ( Lemak Baik )
• Merupakan lipoprotein densitas tinggi ( High Density Lipoprotein ).
• Disebut lemak baik, karena dapat mengangkut kolesterol dari seluruh tubuh ke hati.
• Bila kadarnya menurun, dapat menyebabkan resiko PJK ( Penyakit Jantung Koroner ).

4. LDL Kolesterol ( Lemak Jahat )
• Merupakan lipoprotein densitas rendah ( Low Density Lipoprotein ).
• Disebut lemak jahat, karena dapat mengangkut kolesterol dari hati ke seluruh tubuh.
• Bila kadarnya meningkat, dapat menyebabkan resiko PJK ( Penyakit Jantung Koroner ).

Analisis Sperma ( Semen )

  • Semen adalah cairan yang diejakulasikan ( dikeluarkan ) pada saat orgasme, yakni semen ( air mani ) mengandung sperma & sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar cowper & mungkin kelenjar uretra.
  • Volume rerata per ejakulat adalah 2,5 - 3,5 ml.
  • Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/menit dalam melintasi saluran genitalia wanita. 
* PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS SEMEN meliputi :
1. Volume
- Volume normal / normospermi yaitu 2 - 6 ml dengan rata - rata 2 - 3,5 ml.
- Aspermi ( tidak keluar sperma sama sekali ).
- Hipespermi ( lebih dari 6 ml ).
- Hipospermi ( kurang dari 2 ml ). Penyebab terjadinya Hipospermi, antara lain :
• Tercecer pada waktu memasukkan semen ke dalam botol.
• Penyumbatan kedua duktus ejakulatorius.
• Kelainan kongenital.
• Abstinensi yang lama.
• Produksi kelenjar asesoris yang berlebihan.

2. Warna 
Normal putih / agak keruh.

3. Bau 
Normalnya bau khas seperti bunga akasia ( langu ).

4. pH
Normalnya 7,2 - 7,86.

5. Viskositas ( tingkat kekentalan )
Normal 3 - 5 cm. Jika lebih dari 5 cm berarti semen terlalu kental & kekurangan enzim likuifaksi. Sebaliknya, jika kurang dari 3 cm berarti kelebihan enzim likuifaksi.

6. Likuifaksi 
Adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mencair, normalnya 60 menit walau pada umumnya sudah terjadi dalam 15 menit.

*PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SEMEN meliputi :

• Uji Motilitas
CARA KERJA :
1. Teteskan semen yang sudah mencair ke atas objek glass lalu tutup dengan cover glass.
2. Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40X.
3. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif & hitung pula waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi karena semakin lama motilitas spermatozoa semakin berkurang.

NILAI NORMAL : 
50 - 70 %.

• Morfologi Spermatozoa
CARA KERJA :
1. Buat apusan semen seperti membuat apusan darah tepi. Biarkan mengering diudara.
2. Fiksasi dengan alkohol 96 % selama 5 menit.
3. Genangi dengan zat warna giemsa selama 15 - 20 menit, cuci dengan air mengalir & keringkan.
4. Periksa dibawah mikroskop perbesaran 10 & 100 dengan menggunakan minyak imersi.
5. Dihitung berapa spermatozoa yang normal & abnormal dalam 100 spermatozoa. Spermatozoa normal memiliki kepala oval & ekor lurus.

NILAI NORMAL :
60 - 70 %.

• Jumlah Spermatozoa
CARA KERJA :
1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan bilik hitung hemositometer improved neubauer & pipet leukosit.
2. Semen yang sudah mencair dipipet dengan pipet leukosit sampai batas 0,5 lalu encerkan dengan aquadest sampai batas 11, homogenkan.
3. Teteskan pada bilik hitung.
4. Periksa dibawah mikroskop.
5. Jumlah spermatozoa yang dihitung dikalikan 200.000

NILAI NORMAL : 
± 70 - 100 juta / ml.

CARA MEMPEROLEH SEMEN : 

1. Sediaan diambil setelah Abstinensi sedikitnya 48 jam & tidak lebih dari 7 hari.
2. Sebaiknya sediaan dikeluarkan dalam sebuah kamar yang tenang.
3. Sediaan sebaiknya diperoleh dengan cara masturbasi & ditampung dalam botol kaca / plastik yang bermulut lebar.
4. Zat pelicin sebaiknya jangan digunakan untuk mempermudah pengeluaran semen.
5. Kondom sebaiknya tidak dipakai untuk menampung semen karena mengandung spermatisit.




Senin, 07 Juni 2021

Pemeriksaan Darah Samar Pada Urine

 Metode :

Benzidine

Prinsip :

Hemoglobin sebagai peroksidase akan menguraikan H2O2 menjadi H2O & On. On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidine membentuk warna biru kehijauan.

Cara Kerja :

1. Pada tabung reaksi yang pertama dimasukkan urine sebanyak 2,5 ml panasi hingga 5 menit dan biarkan dingin.
2. Pada tabung reaksi yang kedua dimasukkan asam asetat glasial sebanyak 5 ml ditambah 1 gram benzidine basa.
3. Homogenkan.
4. Isi tabung reaksi yang pertama dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kedua, homogenkan kembali.
5. Tambahkan 1 ml H2O2 & amati terjadinya perubahan warna.

Interpretasi Hasil :

(-) tidak terjadi perubahan warna
(+) hijau 
(++) biru bercampur hijau
(+++) biru
(++++) biru tua

Pemeriksaan Urobilin Urine Metode Schlesinger

 Prinsip :

Urobilinogen oleh iodium akan dioksidasi menjadi urobilin. Urobilin dengan larutan schlesinger akan membentuk senyawa yang berfluoresensi hijau.

Cara Kerja : 

1. 5 ml urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 tetes lugol.
3. Kemudian ditambahkan 7,5 ml Reagen schlesinger 
4. Homogenkan, saring, & ambil supernatannya.
5. Filtrat ( hasil saringan ) yang diperoleh dilihat pada latar belakang hitam & amati ada tidaknya flouresensi hijau.

Interpretasi Hasil :

(-) tidak ada flouresensi hijau
(+) ada flouresensi hijau

Pemeriksaan Batu Empedu

    Di Indonesia, penyakit batu empedu masih kurang mendapat perhatian dibandingkan penyakit saluran cerna lainnya seperti hepatitis virus k...